Bantu Pak Hasan, Agar Anak-anaknya Tetap Bisa Sekolah

Pak Hasan, Ayah yang Menjahit Harapan

Di sudut kecil Desa Tamansari, Bogor, seorang ayah duduk di bawah cahaya redup lampu minyak. Pak Hasan, begitu ia dipanggil, menundukkan kepalanya, matanya tajam menelusuri setiap jahitan yang ia buat di sepatu lusuh di tangannya. Tangannya kasar, penuh bekas luka dari jarum dan lem yang menemani hari-harinya. Namun, tak pernah sekalipun ia mengeluh.

Setiap pagi, sebelum ayam berkokok, ia sudah bersiap di bengkelnya yang sederhana. Meski tubuhnya lelah, hatinya tak pernah goyah. Ia bekerja bukan hanya untuk sekadar mengisi perut, tetapi untuk menjahit harapan agar anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan, agar keluarganya bisa hidup lebih baik.

Kadang, keringat bercampur air mata saat ia teringat anak-anaknya yang bertanya, Ayah, kapan kita bisa punya sepatu baru? Sering kali ia hanya tersenyum, meski dalam hatinya, ia menyimpan harapan yang sama. Ia ingin mereka melangkah lebih jauh, lebih tinggi, tanpa harus merasakan kerasnya hidup seperti dirinya.

Di balik setiap sepatu yang ia perbaiki, ada pengorbanan yang tak terlihat. Di setiap benang yang ia jahit, ada doa yang ia selipkan. Semoga hari esok lebih baik. Semoga keluarganya bisa hidup lebih layak.

Pak Hasan bukan hanya seorang penjahit sepatu. Ia adalah seorang ayah yang menolak menyerah. Karena baginya, selama tangannya masih bisa bekerja, selama napasnya masih ada, ia akan terus berjuang. Demi keluarga, demi harapan, demi cinta.